Senin, 16 Juni 2014

bekam asal usul bekam sejarah bekam

AL HIJAMAH (BEKAM)
Dari Jabir RA, bahwa ada seorang wanita Yahudi dari penduduk Khaibar memasukkan
racun ke dalam daging domba yang dipanggang, lalu menghadiahkannya kepada Rasulullah SAW.
Beliau mengambil bagian kaki dan memakan sebagian darinya. Beberapa orang shahabat yang
bersamanya juga ikut memakannya. Tiba-tiba beliau bersabda, “Lepaskan tangan kalian!”. Beliau
mengirim utusan untuk memanggil wanita Yahudi itu, lalu beliau bersabda, “Rupanya engkau telah
meracun domba ini”. “Siapa yang memberitahumu? tanya wanita Yahudi. Beliau menjawab,
“Bagian kaki domba inilah yang memberitahukannya kepadaku”. “Memang aku telah meracunnya.
Dalam hati aku berkata, “Kalau memang dia benar-benar seorang Nabi, maka racun itu tidak akan
membahayakannya dirinya. Tapi kalau memang dia bukan seorang Nabi, maka kami dapat merasa
tenang,” jawab wanita Yahudi. Rasulullah SAW memaafkan wanita Yahudi itu dan tidak
menjatuhkan hukuman kepadanya. Sebagian shahabat yang terlanjur memakannya ada yang
meninggal. Lalu Rasulullah SAW melakukan pengobatan dengan hijamah di bagian pundaknya
karena daging yang terlanjur beliau makan. Yang mengobatinya adalah Abu Hindun, dengan
menggunakan tulang tanduk dan mata pisau. Orang itu budak milik bani Bayadhah dari kalangan
Anshar.
SEJARAH HIJAMAH (BEKAM)
Hijamah/bekam/cupping/kop/chantuk dan banyak istilah lainnya sudah dikenal sejak zaman
dulu, yaitu kerajaan Sumeria, kemudian terus berkembang sampai Babilonia, Mesir, Saba, dan
Persia. Pada zaman Rasulullah, beliau menggunakan kaca berupa cawan atau mangkuk tinggi. Pada
zaman China kuno mereka menyebut hijamah sebagai “perawatan tanduk” karena tanduk
menggantikan kaca. Pada kurun abad ke-18 (abad ke-13 Hijriyah), orang-orang di Eropa
menggunakan lintah sebagai alat untuk hijamah. Pada satu masa, 40 juta lintah diimpor ke negara
Perancis untuk tujuan itu. Lintah-lintah itu dilaparkan tanpa diberi makan. Jadi bila disangkutkan
pada tubuh manusia, dia akan terus menghisap darah tadi dengan efektif. Setelah kenyang, ia tidak
berupaya lagi untuk bergerak dan terus jatuh lantas mengakhiri upacara hijamahnya.
Kini pengobatan ini dimodifikasi dengan sempurna dan mudah pemakaiannya sesuai dengan
kaidah-kaidah ilmiah dengan menggunakan suatu alat yang praktis dan efektif.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar